
Sejarah Valentine(?)
Oleh: Rizal Akbar
14 Februari 1820, pada masa pemerintahan kolonial Hindia-Belanda, hiduplah seorang wanita bernama Entin yang hidup di pinggiran kota Batavia. Dia adalah perempuan cantik nan kalem anak seorang pedagang buah yang diperebutkan banyak lelaki, yang di antaranya adalah Jaal dan Pitung.
Jaal sendiri adalah Jawara kampung Bojong Kenyot, sebuah kampung di pinggiran Batavia, sedangkan Pitung adalah anak seorang juragan Salak Condet. Pitung mengenal Entin lebih dulu sebelum Jaal juga menaksir gadis cantik itu. Karena Jaal merupakan seorang jawara di kampungnya, ia selalu siap siaga menjaga kampungnya walau hanya nongkrong di depan gang. Namun berkat berjaga di depan gang itulah Jaal selalu melihat gadis cantik berjalan di depannya dengan anggun hingga Jaal tak berkedip.
Perselisihan Jaal dan Pitung bermula ketika Sang jawara Bojong Kenyot membuntuti Entin sedari melewati pos jaganya hingga akhirnya sampai di pasar. Ternyata Entin hendak membeli buah salak di lapak milik juragan salak Condet. Di lapak bapak Pitung itulah Entin berlangganan buah Salak, dan sudah bisa dipastikan Pitung juga selalu bercengkrama dengan Entin. Jaal yang menguntit dari belakang yang akhirnya minder dengan sang anak juragan itu akhirnya nyamperin lapak Pitung dan mengungkaokan rasa sukanya terhadap Entin di depan Pitung, “neng, ane demen ama eneng. Oh iye, kenalin, ane Jaal jawara dari Bojong Kenyot”.
Sebagai orang yang sering bertemu dan juga menyimpan rasa terhadap Entin, Pitung juga mengungkapkan rasa kagumnya terhadap Entin, “Entin, ane suka ama eneng juga”. Entin yang bingung akhirnya meninggalkan lapak Pitung dengan menggumam “kalian pada kenape sih, aneh deh”.
Perdebatan antara Jaal dan Pitung pun tetap berlanjut dan akhirnya menghasilkan perkelahian di Tanjung Priok. Mereka berkelahi bersenjatakan sarung saktinya masing-masing, suara kibasan sarung yang saling beradu membuat banyak orang berbondong-bondong mendatangi lokasi perkelahian Jaal dan Pitung, bahkan diantara massa yang menonton banyak sekali orang Belanda yang turut menyaksikan.
Ditengah perkelahian, tanpa diduga oleh Jaal & Pitung, tiba-tiba Entin datang dan mencoba memisahkan mereka. Entin membelah masa yang mengelilingi Jaal dan Pitung menuju ke tengah-tengah mereka berdua. Naas, kibasan sarung Jaal tanpa sengaja mengenai kepala Entin hingga jatuh terduduk, karena terkejut, reflek Pitung langsung berteriak “pale Entin!… pale Entin!…”.
Orang Belanda yang melihat tragedi tersebut merasa terharu namun juga baper, akhirnya mereka meniru kalimat dari Pitung tadi, dari yang awalnya “Pale Entin” menjadi “Vale Entin” dan akhirnya menjadi “Valentine”.
“Valentine bukan budaya kita, budaya kita adalah ghosob sendal”

