Cerpen

Point Of View (POV): Diary Skebi

07 September: Perkenalan.

Dear diary, perkenalkan namaku adalah Skebi ke-980, kamu bisa memanggilku Skebi saja biar terlihat akrab. aku keturunan ke-980 dari keluarga Skebi. Keluargaku merupakan spesies kutu dengan nama ilmiah Sarcoptes Scabiei. Kemampuan keluargaku yang paling terkenal adalah bisa membuat manusia menderita penyakit kulit. Para manusia menyebut penyakit tersebut dengan sebutan Scabies atau ada yang menyebutnya sebagai Kudis/Gudik.

Aku sekarang sedang berada ditubuh manusia bernama Rifqi, tepatnya di jari. Ya walaupun sebenarnya aku juga ditetaskan di sini sih. Nyaman sekali tau di sini, di sini aku bisa bersantai dan bermain main dengan teman kutu yang lain tanpa adanya gangguan. Aku mendengar cerita dari teman kutuku bahwa ada kutu yang mendapat hospes (sebutan kami untuk manusia yang kami tinggali tubuhnya) yang sangat tidak menyenangkan. Hospes tersebut rajin cuci tangan, dan menjaga kebersihan, sehingga pada akhirnya kutu tersebut mati. Mengerikan sekali kannn, untung si Rifqi sangat menyenangkan. Rifqi, Lanjutkan!!!

Ini adalah hari ke-6 setelah aku ditetaskan, besok kamu boleh mengucapkan happy birthday kepadaku hehehe. karena setelah 7 hari aku ditetaskan aku harus mulai bekerja sebagaimana kutu skebi dewasa yang lain.
Kamu juga harus tahu bahwa cita-citaku adalah mempunyai koloni yang besar, tersebar di mana-mana. Tentu nantinya sebagai betina dewasa aku harus bekerja keras agar cita citaku terkabul.

10 September: Semangat bekerja.

Dear Diary, beberapa hari ini aku tidak menyapamu ya. sekarang aku sedikit sibuk hehehe. Sebagai kutu dewasa aku sudah harus bekerja. Pekerjaanku sekarang adalah menggali kulit Rifqi, inget dia kann? ya, dia hospesku tersayang. selain menggali aku juga harus meninggalkan beberapa telurku di lubang yang sudah kugali. aku harus bersemangat karena ini demi mencapai cita citaku.

Selain diriku, tentu teman-teman kutuku juga bekerja keras. Menggali dan menyebarkan telur di kulit Rifqi. Berbeda denganku yang bertugas di jari, teman kutuku tersebar di berbagai daerah tubuh Rifqi seperti: ketiak, selangkangan, sikut, pergelangan tangan dan bagian lipatan lipatan tubuh yang lain, selain menghasilkan telur kami juga menghasilkan feses dan salipa.

Kami skebi angkatan 980 sangat bangga akan pencapaian pekerjaan kami beberapa hari ini. Bagaimana tidak, produk yang kami hasilkan; telur, feses, dan salipa sudah dapat menyebabkan kulit Rifqi menjadi kemerahan, gatal, bahkan di berbagai daerah seperti jari dan selangkangan sudah membentuk lepuhan lepuhan kecil di permukaan kulit.

12 September: Perbanyak Hospes.

Dear Diary, maaf ya kemarin aku tidak menyapamu. hal itu dikarenakan kemarin aku dan teman kutuku yang lain sedang melaksanakan rapat membahas perbanyakan hospes. Yap, kami berencana menyebarkan telur telur kami ke manusia-manusia yang lain, rencana yang hebat kan?. Aku saja waktu pertama kali mendengar rencana ini bergetar seluruh badankuu.

Kami harus menceritakan asal mula rencana ini terbentuk, karena kamu pasti penasaran kan…? Oke, rencana ini bermula karena telur kami sudah banyak, ditambah, masih inget Rifqi kannn, hospesku tersayang ini tinggal di asrama, dan banyak temennya yang pinjem barang pribadinya seperti selimut, sabun mandi, handuk, bahkan celana dalam. Sebagai pribadi yang berkeinginan untuk terus berkembang, kita angkatan 980 melihat kesempatan itu sebagai kesempatan emas. Kami tinggalkan telur kami di alat pribadinya Rifqi, dan ketika alat tersebut digunakan oleh orang lain Duuarrrrrr telur kami menempel di hospes baruuu.

Rencana ini sudah berjalan, dan beberapa teman Rifqi sudah menjadi hospes baru, mereka adalah Dani yang meminjam selimut Rifqi, Anam yang meminjam handuk Rifqi, serta Amin yang meminjam sabun batang Rifqi. Tentu saja ketiga teman rifqi tersebut akan tetap kami pantau perkembangannya, semoga ketiga hospes tersebut menjadi hospes yang menyenangkan seperti Rifqi.

14 September: Perkembangan hospes, Dani

Dear Diary, aku mau cerita nih. Perkembangan dari hospes baru kami. aku punya kabar buruk, ternyata Dani temannya Rifqi adalah manusia yang super bersih. Dia kemarin meminjam selimut dam mencuci setelah memakainya. Setelah selimutnya selesai dicuci dia tidak pernah meminjam selimutnya Rifqi lagi *emot nangis*. Selain itu dia kalau mandi setelah memakai sabun tidak langsung disiram air tapi ditunggu 3 menit dulu sampai kandungan sabun tersebut berinteraksi dengan bakteri bakteri jahat, termasuk telur kami juga. Sehingga kebanyakan telur kami mati.

Kami masih menunggu laporan dari teman kutu kami yang berada di hospes baru lainnya, kalau dari laporan awal sih mereka tidak sebersih Dani, Anam masih meminjam handuk Rifqi dan Amin masih memakai sabun batang Rifqi.

16 September: Perkembangan Hospes,
Anam

Dear Diary, Ditengah terik matahari yang menyengat, aku sempatkan bercerita padamu, karena aku butuh teman cerita, teman kutuku yang lain sibuk dengan tugas meraka masing masing, aku butuh teman cerita kali ini.

Ini soal hospes terbaru kami, Anam. Pada awalnya, kami merasa bahwa Anam ini akan menjadi hospes yang cocok untuk calon penerus kami karena dia sering meminjam handuk Rifqi, sampai pada kutu-kutu dewasa mulai menggali dan menimbulkan rasa gatal, dia langsung mengambil tindakan yang membuat kami semua kalang kabut.

Anam mulai berhenti meminjam handuk Rifqi, dia membeli handuk baru yang tidak dipinjamkan ke orang lain, selain itu dia menjemur semua alat pribadinya setiap pagi, selain itu dia merendam semua pakaiannya menggunakan air panas, dan mulai rajin mandi. Hal itu seperti badai bencana bagi kami, telur kami banyak yang mati, kutu dewasa yang sudah berkembang lemas tak berdaya lagi, tinggal menunggu waktu jika Anam melakukan ini secara terus menerus kami akan kehilangan hospes baru kami lagi.

18 September: Perkembangan Hospes, Amin

Dear Diary, kau tahu, Dunia kutu sedang tidak baik baik saja. setelah kemarin kami kehilangan harapan dari hospes baru kami Dani dan Anam. sekarang ketika kami memfokuskan kerja keras pada hospes yang tersisa, para hospes melakukan hal yang tidak terpikirkan oleh kami semua. Kami mengira tradisi tukar sabun batang yang Rifqi dan Amin lakukan akan terus berlangsung karena mereka sahabat dekat, akan tetapi mereka mulai menggunakan sabun cair *emot nangis kejer*. bagaimana tidak, itu akan membuat kami melemah dalam pendistribusian telur dan informasi.

Tidak hanya disitu Diary, setelah kami berhasil membuat kulit mereka memerah dan luka-luka, mereka mulai menggunakan obat-obatan untuk membasmi kami. Ya, mereka pergi ke tempat yang dinamakan puskesmas dan mendapatkan berbagai obat dan salep yang dioleskan untuk membasmi kami. Mereka mulai menggunakan sabun khusus, dan menjemur semua selimut dan bantal serta tidak bertukar alat pribadi lagi.

20 September: Akhir cerita Skebi

Dear Diary, para kutu sekarang sedang panik, distribusi telur dari hospes lain sudah tidak memungkinkan, kutu dewasa sudah pada mati karena obat-obat yang mereka gunakan. Telur di hospes juga sudah mulai mati karena obat.

Dear Diary, sekarang aku diruanganku sendirian, teman sejawatku sudah pada mati, mereka mati dengan berbagai macam cara. Ada yang mati karena kepanasan, ada yang mati karena diracun. Entah apa yang akan terjadi padaku nanti. Tapi jika manusia sebagai hospes kami melakukan pola hidup bersih dengan selalu menjaga kebersihan, kutu seperti kami akan sulit bertahan di dalam tubuh mereka. Dan cerita tentang skebi akan berhenti di sini, di generasi skebi 980.

Dear Diary, aku mau cerita lagi tapi sepertinya aku juga sudah terkena racun dari obat yang dipakai Rifqi, jadi… …

Muhammad Rifa’iSantri Durrotu Aswaja yang juga mahasiswa jurusan Biologi UNNES 2016.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *