Cerpen

Belajar Membaca Kitab Kuning

Mempunyai cita-cita yang tinggi nan mulia merupakan impian dari kebanyakan siswa ketika masih remaja. Apalagi ketika lulus dari satu jenjang pendidikan ke jenjang yang berikutnya. Seorang siswa tersebut pastinya ingin memilih jenjang pendidikan yang linier dengan cita-citanya.

Hal tersebut pun terjadi pada Gonteng, siswa lulusan SMP yang baru saja masuk Pondok Salaf dengan Madrasah Aliyah sebagai pendidikan formalnya. Ia mempunyai cita-cita yang sangat mulia, yaitu ingin menjadi seperti Grand Syeikh Al Azhar Mesir. Bukan tanpa alasan, ia mempunyai cita-cita seperti itu karena Gonteng menilai teman sebayanya tak akan berfikiran seperti itu.

Gonteng yang saat itu belum mempunyai bekal untuk mempelajari kitab klasik seperti halnya pondok salaf pada umumnya, sangat antusias menunggu pelajaran gramatikal bahasa arab dasar pertamanya, atau juga ilmu alat. Dia mengikuti prosedur kurikulum pondok untuk membeli kitab Nahwu Shorof sebelum ngaji pertamanya dimulai. Setelah bertanya kepada salah satu kang senior di pondok, ia pun diberitahu bahwa kitab nahwu pemula yang akan menjadi tuntunannya dalam kurikulum pondok adalah kitab Jurumiyyah.

Oke kang, bariki tak budal koperasi tuku kitab Jurumiyah1” jawab Gonteng dengan semangat Grand Syeikh-nya.

Teringat kalau ada uang disakunya, Gonteng pun bergegas ke koperasi pondok untuk membeli kitab tersebut. Dalam langkahnya ke koperasi, ia pun sudah membayangkan akan mudah membaca kitab kuning dan secara mudah juga memahami literatur berbahasa arab dengan bantuan kitab Jurumiyyah tersebut. Yang mana telah disarankan oleh kang senior di depan kamarnya tadi.

Sesampainya di koperasi, Gonteng pun langsung menanyakan kitab nahwu tersebut.

Kang, badhe tumbas kitab Jurumiyyah!2” dengan nada yang penuh semangat. Kang santri di koperasi pun mengambilkan kitab yang dibeli Gonteng tersebut dengan tatapan biasa saja. Ya, biasa saja.

Setelah mendapatkan kitab Jurumiyyah tersebut, dibawalah kitab itu ke depan kamarnya dengan penuh semangat namun tak juga dengan berlari, menemui Kang seniornya tadi. Terkejutlah dia ketika membuka kitab Jurumiyyah yang ia perlukan untuk bekal membaca kitab kuning itu.

Lho kang, kitabnya kok kitab kuning??.”

Kang seniornya pun hanya bisa menulis cerita Gonteng di kolom cerpen website pondok.

______________________

1 “Oke kang, setelah ini aku ke koperasi beli kitab Jurumiyyah”

2 “Kang, mau beli kitab Jurumiyyah!”

Muhammad Fikri, Santri Durrotu Aswaja yang juga Mahasiswa Seni Rupa UNNES 2018.

Satu Komentar

  • Veronika

    Kang, buat cerita lanjutannya dong.. kayak struggle nya dia belajar kitab kuning gitu. Cocok ni buat tambah amunisi yang baru mondok biar semangat belajar kitab kuningnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *