Puisi

Merindu H²O

Netraku mengerjap
Menyamakan cahaya yang masih remang di luar sana
Sayup-sayup sholawat mulai terdengar dari corong
pengeras yang bertengger di masjid
Seok langkah sembari menerka
ada keramaian apa di bawah sana
Dan ternyata drama pagi hari di puncak komedi
Banyak lakon pantomim dalam drama ini 
Hanya saja tanpa topeng putih
juga lukisan hitam untuk mewakili peran

Satu per satu kutatap sorot mata mereka
Tentu saja banyak warna dalam kerling mata itu
Bukan coklat, amber, atau hazel 
Namun warna ngresula atau nrima
Pagi itu semuanya tentang dua warna itu
Katanya siapa yang sabar dialah yang bertahan
Seleksi alam istilahnya
Sampai rindu itu menggebu

Pagiku bukan lagi soal bunyi alarm yang tak berhenti bertalu
Tapi pertanyaan yang menggantung tanpa jawaban
Tentang mengapa aliran itu tak kunjung datang 
Bahkan hanya sebatas tampias khayalan

Pagiku bukan lagi soal arunika yang membawa berita mantari 
Tapi melulu soal merindukan H²O yang mengajarkan untuk bertahan
Belajar untuk selalu menyelami makna ketiadaan

Tentang bagaimana nikmat datang setelah penantian
Tentang merindukan sebuah bagian kehidupan
Dan tentu saja tentang nrima tanpa ngresula

Fita Chusnaya, Santri Durrotu Aswaja yang juga Mahasiswa Sastra Indonesia UNNES 2021.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *