• Puisi

    Merindu H²O

    Netraku mengerjap Menyamakan cahaya yang masih remang di luar sana Sayup-sayup sholawat mulai terdengar dari corong pengeras yang bertengger di masjid Seok langkah sembari menerka ada keramaian apa di bawah sana Dan ternyata drama pagi hari di puncak komedi Banyak lakon pantomim dalam drama ini Hanya saja tanpa topeng putih juga lukisan hitam untuk mewakili peran Satu per satu kutatap sorot mata mereka Tentu saja banyak warna dalam kerling mata itu Bukan coklat, amber, atau hazel Namun warna ngresula atau nrima Pagi itu semuanya tentang dua warna itu Katanya siapa yang sabar dialah yang bertahan Seleksi alam istilahnya Sampai rindu itu menggebu Pagiku bukan lagi soal bunyi alarm yang tak…

  • Puisi

    MALAM

    Ketika semburat cahaya merah menguasai wilayah barat Kepak burung mulai menurunkan ritmenya Dan para petani mulai membasuh kaki dan cangkulnya Pertanda senja menggiring malam segera tiba dari ujung-ujung desa Sayupku dengar suara-suara yang menggema Menyerukan jiwa-jiwa yang kelana Bersimpuh dengan segala raga Menunduk dengan segala keluh dan nestapa Haripun merangkak menghampiri gelap Mata-mata mulai terkatup rapat Mulut-mulut mengakhiri suara-suara Malam yang senyap membuai mimpi Ada sepasang mata masih saja terjaga Dengan mulut tak henti merapalkan doa Dengan Sang Kholiq, ia pun bermuka-muka ada semacam cahaya merajai jiwanya Dan ia, sang pemenang pada malamnya Kudus, 26 Januari 2022 Karya: Areta Etsa Faustina

  • Puisi

    Watak Srei Dadi Ajrihing Dhiri

    Manungsa kang nyata Kang wis digawe Gusti tanpa rubeda Apa wae sing digawe ora ana sing bisa ngowahana Apa maneh kayata manungsa ora duwe apa-apa Manungsa duweni watak Srei kang dadi sengsara Kang wis nemplek ing awak kita Srei ati marang wong liya Nalika dilakoni dadeake kuciwa Iki Srei, manungsa sengit nalika wong liya luwehi dheweka Nyoba jupuk kesenengan wong liya Kanthi tembung lan tumindhak kang ala Banjur uga jupuk kanggo kesenengan awak dheweya Mula kudu syukura marang Gusti Maha Kuwasa Gusti ora bakal mbedakake makhluk urip arupa manungsa Kabeh bakal tinakdir saking Gusti padha kanyata Kang utama, aja nganti kuwatir karo ngarsanipun Gusti Kang Maha Kuwasa Kanggit dening Asri…

  • Puisi

    Tersadar

    Hari terus bergulir digantikan hari-hari lain Kemarin belum sempat aku menghormat jum’at Kini sabtu sudah datang menuntut mendadak Kemarin masih tahun seribu empat ratus empat puluh tiga Kini tahun baru kembali menyapa   Tahun berlalu berganti yang baru Bulan berjalan meninggalkan kenangan Hari berganti membawa sepi   Tersadar semakin singkat perjalanan kehidupan Masihkah ada keselamatan atas perbuatan Ketika frasa tak mampu lagi menghiasi ucapan Haruskah aku menyambut tahun baru dengan kemeriahan Ataukah dengan renungan kesedihan   Selamat datang Tahun Baru Islam penuh keagungan Hima Ulya, 2022

  • Puisi

    Kurban Kedua

    (Fita Chusnaya) Aku masih mengingat malam itu Malam syahdu dengan gema takbir bersahut menyambut keagungan Aku masih hafal dengan udara yang membelai malam itu Udara dingin yang mengabarkan akan sepi di malam syahdu Biarku ceritakan malam itu padamu, Malam itu kudengar takbir menggema dari pengeras suara yang bertengger di menara masjid Syahdu, damai, dan menggemakan keagungan Tetapi di sudut ruang yang temaram Aku sendiri, merindukanmu yang terbaring di ranjang pesakitan Inginku berteriak pada semesta Mengapa aku sendiri malam itu Mengapa ia menjauhkanmu dari pandang mataku Mengapa ketika semua tertawa aku harus menanggung derita Dan itu malam kurban pertamaku tanpamu Tanpa senyummu dan tanpa binar bening matamu Namun kurban pertamaku tanpamu…

  • Puisi

    Raya yang Merayu

    Malam bercerita padanya tentang hilal baru dan lantunan gema takbir yang menderu. Tubuh rengkuh yang merebah tertahan oleh dinginnya lantai putih. Mata sembab merah mewakili rasa yang berkecamuk. Dan suara dari seberang yang menyabarkan. Raya terus saja merayu tentang rumah dan segala rindu. Namun, jarak jadi simbol tak berdayanya jemari menari di atas layar kotak licin sebab tangis lirih. “Ibu, barangkali raga hanya bisa tinggal, tapi percayalah jiwa tetap berjalan menuju arah pulang” Sesak menyekat dan hampir memotong urat nadi. Bintang raya semoga saja memahami. Ruh jadi abdi sang Murobbi dengan angan barokah yang abadi. (Nazilatul Ikrimah, 2022)

  • Puisi

    Ramadhan Berlabuh

    Telah aku nyalakan cahaya pelitadi masjid-masjid, bandarsah-bandarsah, zawiyah-zawiyah, padepokan-padepokandan tempat persembunyian para perindu Izinkan aku menyapamu dengan segenap jiwaku Semoga hari-harimu selalu baik, sambil berharap kau selalu dalam pelukan, kehangatan dan keberkatanSemoga hari-hari indah ini selalu kembalisepanjang tahun, sepanjang zaman, sepanjang hidup kitadan di dalamnya engkau selalu kuat, sehat dan damai Aku dengan segala kurangkuingin menyambutmudengan penuh semangat, tekad, dan hasrat Ramadan, selamat datang! (Muhammad Iqbal, 2022)